Ditpolairud Polda Jateng Luncurkan Sejumlah Program Keselamatan dan Ketahanan Pangan untuk Nelayan

SEMARANG – Direktur Polisi Air dan Udara (Dirpolairud) Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Hariadi, SH, SIK, MH, menyampaikan sejumlah pesan penting kepada para nelayan menyikapi kondisi cuaca ekstrem yang makin tak menentu. Dalam keterangannya kepada wartawan, Kamis (22/5/2025), ia mengingatkan agar nelayan selalu waspada dan patuh terhadap petunjuk keselamatan dari petugas.

“Kalau cuaca tidak baik, jangan memaksakan diri untuk melaut. Kalau sudah di tengah laut dan terjadi cuaca ekstrem, segera hubungi petugas melalui jaringan komunikasi HT. Kami minta para nelayan tetap jaga kekompakan di laut,” tegasnya.

Siagakan Satu Pleton Setiap Hari

Mengantisipasi bencana yang mungkin terjadi akibat cuaca buruk, Ditpolairud Polda Jateng menyiagakan satu pleton personel setiap hari. “Kalau ada Polres yang mengalami banjir atau butuh evakuasi, kami sudah siap,” ujarnya.

Di Jawa Tengah, terdapat 13 Polres yang memiliki wilayah laut. Setiap Polres tersebut didukung oleh 30 relawan masyarakat serta Satuan Polisi Air (Satpolair) yang dilengkapi kapal BKO dari Polda Jateng. Tercatat, ada 10 kapal BKO yang tersebar mulai dari Cilacap hingga Rembang.

Namun, ia mengakui bahwa keterbatasan jarak tempuh kapal menjadi kendala saat terjadi kecelakaan laut di wilayah jauh seperti Karimunjawa. Untuk itu, koordinasi rutin dilakukan dengan Basarnas dan TNI AL yang memiliki kapal dengan jangkauan lebih luas.

Fokus Pantai Selatan

Berdasarkan data Ditpolairud, kasus kecelakaan laut terbanyak terjadi di Pantai Selatan, khususnya wilayah Cilacap dan Kebumen. “Kemungkinan karena gelombangnya lebih tinggi,” kata Kombes Pol Hariadi.

Program Keselamatan dan Edukasi untuk Nelayan

Untuk menekan angka kecelakaan dan meningkatkan keselamatan, Ditpolairud Polda Jateng meluncurkan beberapa program edukasi seperti:

  • Ikan Selayar (Ikut Andil Keselamatan Berlayar)
  • CKB (Cek Kesehatan Berlayar)

Program tersebut dilaksanakan bekerja sama dengan instansi kesehatan pelabuhan, puskesmas, dan seksi kesehatan Polri untuk memeriksa kondisi kesehatan nelayan sebelum mereka melaut, yang biasanya berlangsung tiga hingga empat bulan.

“Fakta di lapangan menunjukkan, banyak nelayan meninggal bukan karena kecelakaan, tapi karena sakit. Sepanjang tahun 2024, tercatat 100 nelayan meninggal karena sakit di laut,” ungkapnya.

Inovasi untuk Anak Pesisir dan Ketahanan Pangan

Selain program keselamatan, Ditpolairud juga menjalankan berbagai program sosial dan edukatif lainnya, seperti:

  • Jajan Ciki (Jalan-jalan Bareng Cah Cilik), untuk memperkenalkan profesi kepolisian di laut kepada anak-anak.
  • Perpustakaan Terapung, hasil kerja sama dengan perpustakaan daerah, memanfaatkan kapal sebagai ruang baca bagi anak-anak pesisir.
  • Bersih-Bersih Laut dan Mageri Segoro, kegiatan pelestarian lingkungan melalui penanaman mangrove.
  • Budidaya Kerang Dara, sebagai solusi ketahanan pangan bagi nelayan di Demak yang tidak bisa melaut akibat cuaca buruk.

“Melalui budidaya ini, nelayan tetap memiliki penghasilan meski tidak bisa melaut,” jelas Kombes Pol Hariadi.

Imbauan untuk Nelayan

Sebagai penutup, ia kembali menekankan pentingnya keselamatan dan kerja sama antar nelayan. “Patuhilah petunjuk petugas. Keselamatan adalah yang utama,” pungkasnya.

(Vio Sari)


 

Komentar